Pagi itu cuaca bersih. Tidak ada kabut yang menutupi Gunung Talang, hanya angin yang cukup kencang berhembus dari arah danau. Di belakang saya, tenda berdiri sederhana, sementara di depan, hamparan air Danau Atas memantulkan cahaya pagi yang lembut.
Saya duduk di tepi danau itu cukup lama. Bukan hanya menyegarkan pikiran, tapi mengingatkan diri bahwa dalam hidup — apalagi dalam pendampingan UMKM — kita perlu berhenti sejenak untuk melihat ulang.
Perjalanan ke Alahan Panjang pagi itu membuat saya sadar:
bahwa sebelum memberikan solusi, strategi, atau arahan apa pun, seorang pendamping harus memiliki empati.
Harus tahu apa yang dirasakan UMKM, apa yang mereka khawatirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang mereka ingin perjuangkan.
Seringkali UMKM tidak meminta hal yang rumit.
Mereka hanya ingin didengar.
Mereka ingin seseorang menaruh perhatian pada cerita mereka, pada kegelisahan mereka, pada impian sederhana yang kadang tak berani mereka ucapkan.
Dan ketika mereka didengar, ketika ada yang memahami cerita mereka tanpa tergesa-gesa menghakimi…
barulah mereka mampu membuka diri untuk belajar, mencoba, dan berubah.
Empati itu bukan teori.
Ia hadir ketika kita berhenti menilai dan mulai memahami.
Itulah kenapa perjalanan seperti ini sering membuat saya lebih jernih.
Ketika saya duduk di tepi danau, ditemani angin yang menusuk dan suara air yang dipukul angin, saya seperti diajak untuk melihat UMKM bukan sebagai objek pendampingan, tapi sebagai manusia yang sedang berjuang dengan segala keterbatasannya.
Saya teringat satu hal yang sering saya sampaikan pada diri sendiri:
jika ingin membantu orang, lihat dulu dunia dari mata mereka.
Di pagi yang tenang itu, sambil menatap Gunung Talang tanpa kabut, saya kembali belajar satu hal penting:
Pendampingan yang baik dimulai dari kemampuan untuk melihat dengan mata yang berbeda — bukan dari strategi, tetapi dari hati yang penuh empati.
Perjalanan saya hari itu belum panjang, tapi pelajarannya sudah dalam.
Dan entah kenapa, setiap kali saya kembali ke jalan, saya semakin yakin:
bahwa pekerjaan ini bukan hanya soal membantu UMKM bertumbuh.
Ini juga perjalanan saya untuk menjadi manusia yang lebih peka, lebih hadir, dan lebih mengerti makna cerita di balik usaha mereka.